Sabtu, 24 September 2011

BARANGKALI ANDA INGIN BERPARTISIPASI?

Taukah Anda, dahulu kala di sekitar Cawang dekat Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta, ada kawasan tenda biru, yakni tempat pengedar narkoba. Namun sejak 2005 sampai sekarang, Alhamdulillah kawasan ini sudah berubah. Tempat ini sudah bebas narkoba dan bebas dari pengedaran narkoba.

Yayasan Dewi Hughes bersama Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) dan para mitra mendukung keberlangsungan program ini, telah memberi pembinaan usaha perempuan. Mulai dari pendirian bangunan serba guna, program PAUD sejak 2007, dan sampai rencana wirausaha catering dan londry kiloan yang akan dimulai tahun ini.

Beberapa penulis dan motivator dari Komunitas Macibaku juga telah bergabung untuk memberikan pelatihan kepada Ibu-ibu. Kami tiada henti mengajak para mitra yang berminat untuk ikut memberi dukungan guna keberlangsungan program ini. Dalam kesempatan ini, saya berterimakasih apabila teman-teman berkenan untuk berpartisipasi dalam bentuk tenaga, pemikiran, dan lain-lain.

Dalam kesempatan ini, Hughes juga ingin memberikan info. TBM@Mall atau Learning Lounge yang dikelola Dewi Hughes Foundation bekerjasama dengan Coca Cola sudah memiliki Manager Operasional. Nah, untuk kelancaran administrasi dan koordinasi kegiatan di TBM@Mall, silahkan hubungi Manager Operasional kami: Sita 081298812699 atau e-mail: yayasan_dewihughes@yahoo.com

Salam!

KLIPING MEDIA





Selasa, 13 September 2011

MENGUNJUNGI ADULT LEARNING CENTER DI AGRA

Kalo berbicara masalah melek aksara, kita bisa belajar banyak pada Uttar Pradesh. Bayangkan, angka melek aksara di kota ini naik 12,02% dari tahun 1951 menjadi 69,72% di tahun 2011. Lonjakan itu menunjukan pencapaian hingga lima kali lipat. Luar biasa bukan?

Perkembangan angka melek aksara untuk para pria di Uttar Pradesh dan juga perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentasi tingkat nasional. Sementara itu, khusus untuk kota Agra, angka melek aksara berdasarkan sensus tahun 2011 adalah 69,44%. Angka ini lebih rendah 0,28% dari total 69,72 % untuk seluruh Uttar Pradesh.

Dalam kurun waktu 2001-2011 angka melek aksara di Agra naik menjadi 68,84%. Berdasarkan sensus Agra 2011, angka melek aksara pria adalah 78.32% dan perempuan 59.16%. Ini berkat sebuah gerakan yang bernama Gerakan Nasional India Literate India atau dikenal dengan Saakshar Bharat Mission, dimana gerakan ini didukung oleh seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahan. Begitu pedulinya pemerintah sampai-sampi terus mendirikan Literacy Center di berbagai wilayah. Di Literacy Center ini terdaftar sekitar 8,31,447 warga belajar.

Untuk menyaksikan langsung kondisi ajar-mengajar, kami mengunjungi dua buah Literacy center. Lokasi pertama sangat dekat dengan Taj Mahal, yaitu kurang lebih 2 KM dari Taj Mahal. Kalo melihat Literacy Center di lokasi ini sangat jelas memperlihatkan kondisi yang bertolak belakang dengan kemegahan Taj mahal. Di lokasi tersebut kami mengunjungi pameran dan berbincang sejenak dengan para perempuan yang tergabung dalam Learning center Jan Shikshan Sansthan, Agra.




Di Literacy Center ini aktivitas yang dilakukan dalam kaitan pendidikan keasaraan perempuan adalah membuat baju, mendesign atau membuat pola, serta merenda. Kami berkesempatan melihat pameran hasil belajar yang hampir serupa dengan kegiatan di Pusat Kegiatan belajar Masyarakat di Indonesia.

Sehubungan dengan kendala bahasa, dimana para peserta belajar hanya mengerti bahasa Hindi, Menteri Perempuan Pakistan yang berkesempatan memberi pengarahan dan tanya jawab dengan peserta belajar. Delegasi menyimak tanpa mengerti artinya, karena tidak ada translator. Selain kendala bahasa, kebetulan ruangan yang sangat sempit, sekitar 4 x4 m, maka hanya sebagian anggota delegasi yang dapat masuk ke dalam ruangan belajar.

Pada pameran kerajinan ditampilkan hasil karya mereka berupa kain sari yang diberi hiasan bordir dan payet, gelang, anting-anting dan kalung, gantungan hiasan untuk mobil dan untuk kunci, dompet dihias payet dan bordir. Juga dipajang buku untuk model pola pakaian anak dan pola kerajinan tangan lain. Tampak pada gambar Ibu Ella melihat koleksi gantungan di lokasi pameran. Kurang dari 100 items yang dipajang.




Melanjutkan perjalanan, kami diajak mengunjungi Literacy Center yang kedua, yang berlokasi di sebuah sekolah dasar Formal. Literacy Center ini menyediakan satu ruangan khusus untuk kegiatan adult education. Dengan para tutor dari sekolah yang sama, kegiatan belajar berlangsung bersamaan dengan waktu belajar siswa sekolah di ruangan terpisah. Kegiatan berupa kegiatan membaca menulis dan berhitung.
Saat kami datang, kami dihibur oleh anak-anak siswa sekolah dasar tersebut dan diajak menari bersama. Kami juga menyaksikan warga belajar diuji membaca oleh slah seorang tamu dari pakistan.

Selama 25 menit kami mengunjungi Literacy Center yang kedua. Setelah itu rombongan kembali ke New Delhi untuk bersiap pulang ke negara masing-masing.

BERKUNJUNG KE TAJ MAHAL: SATU DARI 7 KEAJAIBAN DUNIA

Uttar Pradesh adalah salah satu negara bagian India yang berpenduduk sangat padat. Berdasarkan sensus penduduk 2011, Uttar yang beribukota Lucknow ini sekitar 199.581.477. Uttar Pradesh bersebelahan dengan perbatasan dengan Nepal.

Sebelah utara Uttar Pradesh memiliki posisi yang sangat penting dalam kebudayaan India, karena sebagai tempat lahirnya Agama Hindu dan menjadi basis dari berkembangnya agama Hindu di India. Lokasi ini juga menjadi situs bersejarah untuk para peziarah Hindu yang jumlahnya mencapai 80% dari total popolasi penduduk India.
Negara bagian India ini juga menjadi pusat dari agama Budha, dimana terdapat beberapa stupa yang menjadi cikal bakal perkembangan agama Budha di India, Ada stupa Chaukhandi dan Dhamek.

Uttar Pradesh memikat banyak sekali turis, baik domestik maupun mancannegara. Berdasarkan data 2003, jumlah total turis mengunjungi India yang mencapai 71 juta orang. Dari jumlah tersebut, hampir 25 % turis mengunjungi Uttar Pradesh.
Kota Agra di Uttar Pradesh mempunyai tiga situs bersejarah dunia, yaitu Taj Mahal, Agra Fort, dan Fatehpur Sikri. Dalam kesempatan ini, saya dan rombongan berkesempatan mengunjungi Taj Mahal yang berjarak 200 KM dari kota Delhi.



Taj Mahal merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia. Bangunan ini berasitektur Islam, dimana bahan-bahannya terbuat dari batu marmer asli yang diukir indah dan dihiasi batu-batuan berharga. Menurut sejarah, bangunan megah ini dianggap sebagai lambang cinta yang mendalam seorang suami terhadap istrinya Mumtaz Mahal, yang meninggal di saat melahirkan anaknya yang ke 14. Sebelum meninggal dunia, Mumtaz Mahal berpesan agar dibangunkan sebuah makam (tamb) seindah taman surga yang ada di dalam mimpinya.

Taj Mahal dibangun dengan bantuan seorang arsitek berasal dari Persia bernama Ustadz Isa Khan Effendi. Bangunan ini diselesaikan dalam waktu 22 tahun dengan mempekerjakan 20.000 pekerja. Kabarnya keturunan para pekerja tersebut sekarang masih tinggal di sekitar Taj Mahal, di pemukiman yang disebut Taj Ganj. Biaya yang dihabiskan untuk pembangunan Taj Mahal mencapai Rs 700 juta.

Perkerjaan pembangunan Taj Mahal melibatkan perupa dari Baluchistan, Siria, Bokhara, Samakandda India selatan. Batu marmer didatangkan dari Makharana. Jade dan kristal didatangkan dari Cina. Lalu Turquise dari Tibet. Lapis lazuri dari Afganistan. Chrysolite dari Mesir. Agate dari Yaman. Saphir dari Sri Langka. Amathis dari Persia. Koral dari Arab. Malakait dari Rusia. Quartz dari Himalaya. Berlian dari Golconda. Kerang dari dan mutiara dari lautan Hindia. Total bangunan dari Marmer dan dihiasi 400 kg emas. Di bawah kubah yang indah ,terbaring jenazah Mumtaz Mahal.

Setelah selesai membangun Taj mahal, Syah Jahan bermaksud untuk membangun satu buah lagi bangunan yang sama yang akan diberi nama Black Taj Mahal. Namun baru sampai pada pembangunan fondasi. Gara-gara anak dari Syah Jahan yang memegang kekuasaan pemerintahan saat itu menangkap dan memenjara sang ayah, karena dianggap menghabiskan uang negara untuk kepentingan pribadi. Akhirnya Syah Jahan meninggal dunia dan dimakamkan di sebelah makam istrinya Muntaz Mahal di bawah kubah mewah bangunan berwarna putih, di tengah-tengah lokasi taj Mahal.

Senin, 12 September 2011

TAUKAH ANDA?

Banyak hal yang saya pelajari selama mengikuti konfrensi keaksaraan di India 8 September 2011 lalu. Mulai dari masalah keaksaraan yang ada di India sampai peran sapi dalam kehidupan penduduk India. Ya, barangkali Anda sudah banyak yang tahu. Nah, berikut ini beberapa foto yang saya ambil di India plus penjelasan mengenai hal yang Anda perlu ketahui.


Konfrensi ini luar biasa, super insiratif. Menjadi melek aksara bukan semata-mata mampu menbaca, tetapi merupakan akar peradaban.

Tau gak? Melek aksara bukan sekadar mampu membaca. Saya dianggap buta aksara apabila ketinggalan kemajuan teknologi alias gaptek. Makna buta aksara sangat luas. Saya dianggap buta aksara jika tidak bisa membaca tulisan Hindi.

Anda pun juga dianggap buta aksara apabila ada tulisan DILARANG MEROKOK di dekat Anda, tetapi Anda tetap saja merokok. Itu namanya buta aksara fungsional, karena tidak mampu memfungsikan (memaknai) arti tulisan tersebut. Moga-moga Anda tidak menjadi bagian buta aksara fungsional ya?



India masih memegang rekor tertinggi buta aksara, karena jumlah penduduk negara ini mencapai 1,2 juta jiwa. Mereka membuat program "Saakhar Bharat" yang artinya "literate India". Gerakan secara nasional dan didukung seluruh elemen ini kompak dan gencar sekali.







Bendera Indonesia ada di antara kelompok E-9 Country. Negara-negara dengan jumlah angka buta aksara tertinggi. Kita harus mengubah ini. Indonesia telah mampu membuat banyak perkembangan hebat dalam hal mengentaskan buta aksara.
















Direktur Dikmas Kemdiknas ibu Ella Yulaelawati, Phd yang menemani saya berangkat ke India, sedang membantu TKI yang kesulitan mengisi formulir keimigrasian. Ini bagian dari masalah keaksaraan.

MENGIKUTI KONFRENSI INTERNASIONAL DUNIA KEAKSARAAN

Setelah menyaksikan film Eat,Pray and Love, saya berpikir, India adalah negara unik yang ingin saya jelajahi. Bukan untuk melihat apakah cerita di film-film India benar-benar nyata atau tehniknya canggih. Juga untuk melihat kepadatan dan kebisingan penduduk India. Apapun alasannya, saya tetap ingin menjelajahi India lewat dunia literacy (dunia keaksaraan).

Selain dunia keaksaraan, saya juga ingin mengetahui pergerakan nasional pemerintah India dan masyarakat India, yang konon kabarnya menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Yes! Saya akhirnya berada di Indies untuk mengikuti International Conference on Woman's Literacy for Inclusive and Sustainable Development pada September 2011 ini.


Saya di samping spanduk konfrensi keaksaraan. Konfrensi ini super inspiratif. Sebab, melek aksara bukan semata-mata mampu membaca, tetapi juga menjadi akar peradaban.

Setelah penerbangan yang Panjang, kurang lebih 6 jam, akhirnya tanggal 11 September 2011, saya tiba di bandar udara Mahatma Gandhi, New Delhi. Udara panas dan berdebu dengan suhu 32 derajat celcius. Semakin panas, karena saya tidak merasakan hembusan angin. Ini yang membuat pemandangan di kota Delhi sedikit sulit untuk saya nikmati.

Pemandangan sepanjang jalan tidak banyak berbeda dengan jalan layang di daerah tanjung Priok, hanya saja jalannya sepi dan tanpa container memadati jalan. Beberapa Bajaj lewat, namun hebatnya mereka sudah punya sub way sekarang. Jakarta kapan ya?

Saya berangkat ke India bersama Direktur Dikmas Kemdiknas, ibu Ella Yulaelawati Phd. Saat tiba di New Delhi pada saat ada bom dan gempa bumi. Tapi Alhamdulillah saya tidak terkena dampak itu.